Senin, 31 Mei 2010

Jalan longsor 60 m, akses ke 4 wilayah tertutup By on 31 Mei 2010

Wonogiri (Espos)–Jalan utama Desa Gunturharjo, Kecamatan Paranggupito sepanjang 60 meter di Dusun Plawon, Minggu (30/5) malam longsor karena hujan deras. Akibatnya, akses dari desa itu ke empat wilayah tertutup dan tiga rumah terancam tertimbun.

Empat wilayah dimaksud adalah Desa Widoro, Kecamatan Donorojo, Pacitan, Desa Tlogosari, Kecamatan Giritontro, Desa Gendayaan Kecamatan Paranggupito, dan ke arah SMPN 2 Paranggupito. Sedangkan tiga rumah yang terancam tertimbun adalah rumah milik Surip, Keman dan Kadiyo.

Kepala Desa Gunturharjo, Suyadi, kepada wartawan, Senin (31/5) mengungkapkan, hujan deras di wilayahnya sudah turun sejak sore hingga malam. Dia mengaku tidak tahu persis kapan jalan itu longsor. Dia baru menerima laporan dari warga pagi harinya.

“Hampir setiap tahun saat musim hujan jalan itu mengalami longsor. Diperbaiki, longsor lagi dan seterusnya. Tapi, kali ini terbilang paling besar. Panjang jalan yang longsor mencapai 60 meter, ketinggian jalan 4 m dan lebar juga 4 meter. Longsorannya sudah sampai ke emperan rumah warga,” jelas Suyadi.

Suyadi berharap segera ada tindakan dari pemerintah untuk memperbaiki jalan itu. Warga sudah bergotong-royong melakukan perbaikan darurat, namun pada bagian yang posisinya lebih tinggi, warga sudah tidak sanggup dan harus menunggu dana dari pemerintah.

Suyadi melanjutkan, jalan itu kini hanya bisa dilewati sepeda motor, sepeda, dan pejalan kaki. Sedangkan mobil dan truk harus memutar. Dia mencontohkan, untuk menuju Desa Widoro, Pacitan, harus memutar lewat jalur selatan di dekat pantai kurang lebih 20 km. Padahal kalau lewat jalan yang longsor itu hanya 1,5 km.

shs

Minggu, 23 Mei 2010

Wonogiri Disiapkan untuk Kejurnas Gantole



Solo, CyberNews. Jateng bakal menjadi tuan rumah penyelenggaraan Kejurnas Gantole 2010. Ajang yang diagendakan berlangsung bulan Agustus mendatang itu, rencananya digelar di kawasan Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri. Sebab, lokasi tersebut dinilai menjadi salah satu venue yang paling bagus bagi salah satu olahraga dirgantara tersebut.

"Kejurnas ditetapkan akan diselenggarakan di Wonogiri. Tapi jadwalnya bersifat tentatif, tergantung kesiapan daerah sebagai penyelenggara," kata Ersy N Firman, Ketua Bidang Gantole pada Persatuan Layang Gantung Indonesia (PLGI) Pusat, Minggu (4/4).

Sepanjang tahun ini, ada empat kejuaraan berlingkup nasional yang menjadi agenda resmi Gantole Pusat. Agenda tersebut diawali dengan kejuaraan terbuka menggunakan sistem aero towing di Kalimantan Selatan, akhir Mei mendatang. Lalu, kejurnas dengan start terbang di launching bukit Joglo di Wonogiri, dilanjutkan kejuaraan terbuka di Batu Malang akhir September, serta kejuaraan aero towing di Lombok, Nusa Tenggara Barat, bulan November mendatang.

Menurut Ersy, kejuaraan menggunakan aero towing atau start terbang dengan ditarik pesawat trike kini masuk dalam jadwal karena pada PON XVIII/2012 di Riau mendatang, cabang gantole juga akan diselenggarakan menggunakan towing. "Jadi kami mengawali penambahan jam terbang para atlet menggunakan sistem tersebut, melalui kejuaraan-kejuaraan terbuka," jelasnya.

Danyang Waranggana dari Wonogiri


Suara Merdeka CyberNews. DALAM sejarah, Wonogiri dikenal sebagai gudang para waranggana. Suara "kung" waranggana asal Ngadirojo, sebuah kota kecamatan kecil di selatan Wongiri, bahkan telah memikat telinga kanjeng Gusti Pangeran Adipati Mangkunegara VII hingga memutuskan memilih salah seorang di antara mereka sebagai istri. Adipati juga membuka jalan bagi para waranggana untuk unjuk suara di istana.

Begitu kuatnya pengaruh waranggana di Wonogiri, muncul satu cerita mitos yang dipercaya masyarakat hingga kini. Ki Widodo Wilis, seorang dalang dari dukuh Sumbersari, Purwosari, Wonogiri, menuturkan, konon, sebatang pohon jati dari hutan Donoloyo yang hendak dihanyutkan menuju istana Mangkunegaran, mogok saat melintas sungai di perbatasan Wonogiri-Solo. "Setelah dinyanyikan oleh sinden, kayu itu baru mau kembali melanjutkan perjalanan," tuturnya.

Suara sinden begitu dihargai oleh masyarakat. Bahkan, cerita kayu jati dari Donoloyo itu mentasbihkan kekuatan magis suara sinden yang dipercaya masyarakat setempat.

Sosok waranggana paling legendaris dari tlatah Wonogiri barangkali belum dapat diambil dari sang pesinden yang berhasil memikat Adipati Mangkunegara. Tapi itu dulu, di masa sang adipati berkuasa sekitar tahun 1900-an. Pascameredupnya kerajaan Mangkunegaran, sinden-sinden istana pun mulai mencari penghidupannya sendiri.

Di era 1970-an, nama Karni Conto patut dipertimbangkan. Suaranya yang halus dan jernih membuat pesinden asal Bulukerto itu menjadi waranggana paling populer kala itu. Selain Karni, ada pula nama Karmiyati yang berasal dari Segawe, Purwosari.

Sepuluh tahun terakhir, kata Sugiyantini, pesinden yang juga adalah istri dari Ki Widodo Wilis, tidak ada nama-nama yang terlalu menonjol. Tapi bukan berarti tidak ada proses regenerasi. "Regenerasi tetap berjalan. Saat ini, tercatat ada sekitar 200 pesinden yang masih aktif di Wonogiri," ujar Yanti--panggilan akrab Sugiyantini, sembari menambahkan gudang waranggana terbesar berasal dari Girimarto, sebuah kecamatan di lereng Gunung Lawu.

Wonogiri, kata Yanti, sampai saat ini masih cukup kondusif bagi kelangsungan kesenian lokal. Dukungan pemerintah setempat, terutama sang bupati yang juga adalah seorang dalang, membuat kehidupan kesenian, termasuk para waranggana, masih dapat berdenyut hingga sekarang.

Meski masih kondusif, para pesinden saat ini sudah semakin bersikap pragmatis. Kebanyakan mereka tak lagi menguasai gending-gending lagu Jawa. Alasannya, nada-nada pentatonis yang dipersyaratkan dalam gending jawa sulit ditaklukkan. "Mereka lebih nyaman bernyanyi campursari dengan nada-nada diatonis," ujar Ki Widodo.

Selain tingkat kesulitan yang tinggi, para pesinden sekarang juga memilih menyanyikan campursari karena lebih banyak peminat. "Bahkan, banyak pesinden yang akhirnya menelurkan album campursari," tandasnya.

Sinden-sinden Wonogiri, kini telah berubah dan berkembang sesuai zamannya. Mereka kini tak lagi terpaku pada laku duduk bertimpuh semalaman di belakang dalang. Namun, suara jernih nan nyaring mereka akan tetap terdengar di penjuru Wonogiri, bahkan semakin meluas melalui kaset-kaset rekaman yang beredar di seantero negeri.



(Farodlilah/CN12)

HUT WONOGIRI TERCINTA

Pada ini kota wonogiri melakukan perayaan HUT yang ke 269, setidaknya ada beberapa kegiatan yang dilakukan untuk memeriahkannya. Salah satunya adalah acara WONOGIRI CULTURE CARNIVAL acara yang mirip dengan perayaan karnaval 17an dilakukan sabtu pagii dengan start di lapangan pringgondani sampe lapangan sukorejo. melalui jalan utama kota dan terdapat panggung kehormatan didepan pasar kota. Karnaval ini dimeriahkan dengan berbagai kirab budaya asli wonogiri dan pendukung lainnya dengan peserta setiap kecamatan. Dimeriahkan pula pameran potensi daerah sehingga akan menambah nilai jual berbagai produk yang dihalsilkan khusunnya di wonogiri tercinta.

“Wonogiri Culture Carnival 2010″ memukau dan meriah





Oleh: Trianto Hery Suryono

Pagi sekitar pukul 07.00 WIB, anak-anak sekolah dasar (SD) telah berdandan, sementara jalur jalan utama di Wonogiri masih lengang. Kondisi itu berbeda 180 derajat selang satu jam kemudian, sebab di setiap persimpangan akan ditemui kemacetan.

Sabtu Kliwon dengan cuaca cukup terik. Panasnya Sang Surya itu rupanya tidak menyurutkan puluhan ribu warga Wonogiri untuk memenuhi Stadion Pringgodani, Wonokarto, Wonogiri tempat star peserta “Wonogiri Culture Carnival 2010″, Sabtu (22/5).

Untuk memeriahkan ajang kali pertama bagi kado HUT ke-269 Pemkab Wonogiri ini, para pejabat pun rela mengubah tubuhnya dengan peran yang dilakukan. Seperti semar punakawan bagi Muspika Girimarto-Camat, Danramil, Kapolsek dan Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan-berdandan ala punakawan.

Mereka tidak sungkan untuk memakai baju minim dan mengacungkan tangan di panggung kehormatan di depan Pasar Wonogiri. Bupati Wonogiri H Begug Poernomosidi, Ketua DPRD Wawan Setya Nugraha dan wakilnya Radjiman, Dandim Letkol (Inf) Murdjoko, Kabagops Kompol Choirun duduk di kursi panggung kehormatan, diapit oleh Ketua Gapensi H Kierno Sulieh dan Ketua KONI Wonogiri Edy Poerwanto yang mengenakan pakaian kejawen.

Warga Wonogiri pun sejak pukul 07.15 WIB mulai memadati setiap ruas jalan mulai dari Jalan Diponegoro-Sudirman-A Yani (Lapangan Sukorejo, Giritirto hingga Stadion Pringgodani, Wonokarto, Wonogiri). “Saya berangkat pagi ingin melihat apa tho “Wonogiri Culture Carnival 2010″. Ternyata seni budaya di Wonogiri cukup beragam dan akan lebih baik digelar rutin dua tahunan bertepatan dengan hari jadi seperti saat ini,” ujar Tarso, yang mengaku dari Pacitan.

Pelaksanaan “Wonogiri Culture Carnival 2010″ itu tanpa seremonial seperti biasanya. Bupati Begug yang mengenakan pakaian kejawen setiba di stadion bergegas naik ke kereta kencana yang dikawal 40 kuda didampingi Kirno-Edy. Mereka turun di panggung kehormatan atau sejauh 1,5 Km untuk duduk dan memberikan penghormatan kepada peserta “Wonogiri Culture Carnival 2010″.

Bupati berharap apa yang telah dilakukan diakhir masa jabatannya bisa dilestarikan di kemudian hari. “Buatlah gebrakan dan agenda rutin, sehingga bisa dimasukkan ke paket wisata. Ajang ‘Wonogiri Culture Carnival 2010′, kalau dikembangkan bisa mendatangkan PAD bagi Wonogiri. Awal kami menjabat sebagai Bupati Wonogiri telah kami gelar acara sejenis dengan tema lain, tetapi kenyataannya tidak dikembangkan. Daerah lain yang diuntungkan, padahal Wonogiri banyak seni budaya yang perlu dilestarikan,” ujarnya.

Jumat, 21 Mei 2010

Pencalonan Begug dinilai langkah mundur demokrasi

Wonogiri (Espos)–Pencalonan Bupati Wonogiri H Begug Poernomosidi sebagai wakil bupati (Wabup) pada Pemilu kepala daerah (Pilkada) 2010 dinilai merupakan langkah mundur dalam demokrasi di Kota Gaplek. Pencalonan itu itu dianggap tidak memberikan pembelajaran tentang politik yang beretika.

Penilaian tersebut diungkapkan salah satu anggota Komisi A DPRD Provinsi Jateng, Wahyudin Nur Ali, saat melakukan kunjungan kerja ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Wonogiri, Kamis (20/5), bersama Ketua Komisi A DPRD Jateng, Fuad Hidayat dan sejumlah anggota komisi.
Dalam kesempatan tersebut, Ali mempertanyakan apa motif Begug, yang sudah dua periode menjabat sebagai bupati kemudian mencalonkan kembali tapi sebagai Wabup. Karena menurutnya, itu adalah sebuah langkah mundur dalam proses dan pembelajaran demokrasi.

“Setahu saya, sebagai bupati, Pak Begug memiliki langkah dan prestasi yang bagus. Tapi kenapa dia memilih mencalonkan diri lagi sebagai Wabup. Seharusnya dia mencalonkan diri ke tingkat yang lebih tinggi dan bersaing dengan kepala daerah lain, seperti Jokowi misalnya, sebagai gubernur. Dari sisi etika politik, bagaimana masyarakat akan menilai?” ungkapnya.

Menurut Wahyudin, fenomena ini adalah langkah mundur dalam demokrasi, karena tidak memberikan pembelajaran kepada masyarakat tentang etika berpolitik. Hal ini justru menanamkan ke dalam pikiran masyarakat bahwa Pemilu hanya sebuah proses prosedural, bahwa Pemilu hanya untuk meraih sebuah jabatan. Padahal seharusnya, sudah saatnya masyarakat diajarkan tentang substansi Pemilu, bukan melulu masalah prosedur.

Dalam kunjungan kemarin, rombongan Komisi A disambut oleh ketua dan anggota KPU Wonogiri. Anggota Komisi A DPRD Jateng, Fuad Hidayat, dalam kesempatan itu mengungkapkan, maksud dan tujuan kunjungan itu adalah untuk melihat sejauh mana kesiapan KPU menghadapi Pilkada, termasuk kesiapan anggaran dan sebagainya. Selain itu, juga untuk mengetahui sudah sejauh mana tahapan Pemilu berjalan.

Para anggota Dewan itu juga meminta agar KPU meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat, khususnya tentang mekanisme pemilihan, yang ternyata menggunakan mekanisme lama dengan pencoblosan, setelah pada Pemilu legislatif dan Pemilu presiden lalu memakai sistem contreng.

Ketua KPU Wonogiri, Joko Purnomo memberikan penjelasan, bahwa sampai saat ini, tahapan Pilkada sudah sampai pada penyusunan daftar pemilih sementara (DPS). Hasil rekapitulasi sementara jumlah pemilih di Wonogiri sebanyak 915.711 orang, dengan jumlah pemilih boro sebanyak 153.587 orang. Joko juga mengatakan, pihaknya dengan melibatkan tokoh masyarakat untuk sosialisasi tentang mekanisme pemilihan.

Mengenai pencalonan Begug, Joko mengaku sudah konfirmasi langsung secara personal dan dari pengakuan Begug sendiri, dia memang serius. Meskipun, apakah ia bisa maju ke Pilkada atau tidak, itu sangat tergantung pada rekomendasi partai. “Soal etis atau tidak, masyarakat sudah bisa membaca sendiri,” ujarnya.

shs

sekilas pandang PARANGGUPITO

Paranggupito awalnya hanya sebuah kelurahan, seiring dengan perluasan wilayah kabupaten Wonogiri atau pemekaran wilayah maka Paranggupito dijadikan sebuah Kota kecamatan kecil yang memiliki 8 DESA meliputi :

1. DESA JOHUNUT

2. DESA KETOS

3. DESA SONGBLEDEG

4. DESA PARANGGUPITO

5. DESA SAMBIHARJO

6. DESA GUDANGHARJO

7. DESA GUNTURHARJO

8. DESA GENDAYAKAN

adapun batas wilayahnya bagian barat di kelurahan songbledeg berbatasan langsung dengan kelurahan songbanyu, rongkop gunungkidul, sebelah utara desa johunut berbatasan langsung dengan kec giritontro, wilayah timur desa gendayakan dan desa gunturharjo berbatasan dengan kec donorojo, dan kalak merupakan bagian kabupaten pacitan jawa timur. sebelah selatan berbatasan langsung dengan pantai selatan dimana kecamatan ini mempunyai 3 pantai yang telah dibuka untuk kunjungan wisata, ritual labuhan, dan rencana dermaga kecil. telah memiliki akses jalan dengan jalan aspal namun memang memiliki jalan berliku dan kurang lebar sehingga harus extra hati_hati. Daerah paranggupito memiliki masyarakat yang sebagian besar petani tadah hujan, memelihara ternak, dan sebagian mengembangkan industri rumah tangga gula jawa. juga telah memiliki fasilitas pendidikan dr setingkat taman kanak kanak sampai dengan SMA serta didukung dengan kelompok perkuliahan jarak jauh. fasilitas kesehatan sudah mendukung dengan satu puskesmas kecamatan 3 puskesmas pembatu, dan bidan desa. serta menjadi kecamatan rawan kekeringan, dengan kondisi alam pegunungan batu padas dan tanah yang tidak begitu subur. namun merupakan salah satu kecamatan penghasil budi daya pertanian berupa gaplek dan kayu jati.

wonogiri, kecamatan paranggupito, paranggupito, sambiharjo, gudangharjo, gunturharjo, gendayakan, johunut, ketos, songbledeg, kota kecamatan paranggupito, pantai nampu, pantai sembukan, pantai sanggrahan,wisata pantai wonogiri, gula jawa, gaplek, nasi thiwul, giribelah

KAOS " I LOVE PARANGGUPITO "

KAOS " I LOVE PARANGGUPITO "
yang menginginkan kaos dengan desain ini bisa pesan dengan harga 25.000 belum termasuk ongkos kirim, bagi yg berminat hub 085228691955

PARANGGUPITO MAP

PARANGGUPITO MAP


peta" PARANGGUPITO "

peta" PARANGGUPITO "