blog ini sebagai media penyiaran berita, tombo kangen, kritik sosial, serta sebagai media teknologi informasi terkini.Semoga menjadi media yang bisa membawa kemajuan bagi kecamatan paranggupito khususnya dan wonogiri umumnya.
Senin, 26 Januari 2009
labuhan sembukan
potensi wisata kec. paranggupito
0 comments
Wednesday, August 09, 2006
POTENSI OBYEK WISATA DI KECAMATAN PARANG GUPITO
NO OBYEK WISATA LOKASI POTENSI
1 Gua Kendangan Desa Gudang Harjo Kecamatan Parang gupito Keindahan Stalagtit dan stalagmit
2 Gua Suling Desa Guntur Harjo Kecamatan Parang Gupito Keindahan Stalagtit dan stalagmit
3 Pantai Nampu Desa Gunturharjo Kecamatan Paranggupito Panorama Alam dan Pasir Putih
4 Pantai Kalimirah Desa Gudangharjo Kecamatan Parang gupito Batu dan Pasir Pantai berwarna merah
5 Pantai Pringjono Desa Guntur Harjo Kecamatan parangupito Sarang burung lawet
6 Pantai Banyutowo Desa Parang gupito Kecamatan Paranggupito Ikan air payau diantara batu karang
7 Pantai Sembukan Desa Parang Gupito Klecamatan Parang Gupito Dinding pantai yang terjal dan penampakan teras-teras merin dan bukit karst
8 Pantai Klothok Desa Parang Gupito Kecamatan Parang Gupito Tempat pendaratan kapal nelayan
9 Pantai Nglojok Desa Parang Gupito Kecamatan Parang Gupito Tempat Pemancingan Laut
KENDALA DAN KELEMAHAN YANG TERJADI
DI POTENSI OBYEK WISATA KECAMATAN PARANG GUPITO
1. Belum tersedianya sarana dan prasarana yang meliputi pelayanan air bersih, penginapan, rumah makan, komunikasi yang dibutuhkan untuk pengembangan obyek wisata.
2. Belum tersedianya BPW (Biro Perjalanan Wisata), APW (Agen Perjalanan Wisata) dan CBPW (Cabang Biro Perjalanan Wisata)
3. Pramuwisata sebagaian besar masih bergabung dengan dengan biro / agen-agen perjalanan di luar daerah Kabupaten Wonogiri.
4. Masih banyaknya potensi obyek dan daya tarik wisata yang belum diketahui dan dikewmbangakan secara optimal.
5. jarak menuju dan antar obyek membutuhkan waktu lama, belum didukung akses jalan yang memadai.
6. Institusi, lembaga koordinasi, kebijakan pemerintah daerah, pelaku pariwisata dan lembaga promosi pariwisatamya yang belum mantap.
7. Promosi Pariwisata kurang optimal.
8. Pusat pelyanan masih terpusat di Kecamatan Pracimantoro.
Senin, 19 Januari 2009
musim jagung
musim yang sering ditunggu neh......... sebagian besar penduduk paranggupito yang merupakan petani kini saatnya musim jagung muda, biasa dimasak dibakar, atau digodok. jadi kangen neh pengen jagung bakarnya. ya lumayan kemaren da pengobatnya dibawain jagung godok dari desa.......... lega rasane lan uenak tenan... kebiasaan yang hanya dilakukan setahun sekali. kebiasaan petani memang saat musim huan adalah saat untuk menanam komoditas pertanianya yang bisa menghasilkan uang ataupun untuk persediaan bahan pokok/ makanan. saat datang musim hujan menanam padi diselingi jagung dan ketela.
Selasa, 13 Januari 2009
potret kekeringan...........
Menurut Joko Waluyo pegawai kec. Paranggupito mengatakan kekeringan yang melanda Kec. paranggupito karena aliran PDAM yan ada belum dapat operasional secara maksimal di Kecamatan Paranggupito. Dari 8 ( delapan ) Desa/Kelurahan yang ada, 2 ( dua ) Desa yang paling parah mengalami kekeringan yaitu Desa Gendayaan dan Johunut disamping itu juga masih ada sekitar 12 Dusun yang mengalami kekeringan. Apalagi dengan adanya kenaikan BBM pada bulan yang lalu berdampak pula pada kenaikan harga air yang biasa dipasok pada daerah tersebut. Sehinga masyarakat setempat bertambah berat beban hidup yang ditanggungnya kenaikan air tersebut satu tanki sebesar kurang lebih Rp.10.000 s/d Rp.20.000,-. Tidak jauh berbeda dengan tetangganya Kecamatan Paranggupito yaitu Kecamatan Pracimantoro yang juga mengalami kekeringan yang semula kecamatan tersebut mengandalkan sumber mata air Seropan yang ada di Kabupaten Gunung Kidul DIY ternyata tidak semua desa dapat merasakan sumber mata air tersebut, hanya 4 (empat) Desa yang dapat menikmatinya sedangkan yang lainnya masih memerlukan bantuan pemenuhan kebutuhan akan air
oh...... Paranggupito
Paranggupito adalah nama sebuah desa di kabupaten Wonogiri, propinsi Jawa Tengah, terletak di tepi samudera Hindia. Uniknya, desa tersebut di sebelah timur berbatasan dengan propinsi Jawa Timur, kabupaten Pacitan, dan di sebelah barat berbatasan dengan propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, kabupaten Gunung Kidul. Sebenarnya lahan di desa itu termasuk kurang produktif karena walaupun letaknya di tepi pantai namun topografi wilayahnya cukup bergelombang dan sebagian besar terdiri atas batu kapur yang tentu kurang baik untuk budidaya tanaman pangan dan holtikultur.
Namun demikian desa tersebut sempat terkenal karena pernah memperoleh penghargaan Kalpataru dari Presiden Soeharto pada tahun 1994. Penghargaan itu diberikan atas prestasi masyarakat desa Paranggupito dalam membangun hutan rakyat. Memang amat menakjubkan prestasi tersebut. Di atas lahan milik sendiri yang seringkali tidak nampak ada tanahnya itu pohon jati dan sedikit tercampur mahoni dapat tumbuh hutan yang lebat dan subur. Yang dominan pada hutan rakyat tersebut jenis jati, suatu jenis yang bernilai tinggi dan sudah lama dikenal oleh orang Jawa tetapi tidak termasuk dalam deretan jenis untuk program penghijauan yang diselenggarakan pemerintah sejak tahun 1961. Tidak dicantumkannya jati dalam program penghijauan, walaupun diperlukan masyarakat luas, sebenarnya warisan nilai penjajah yang menempatkan jati sebagai monopoli yang hanya boleh diusahakan oleh pemerintah. Tetapi dalam suasana merdeka, rakyat pegunungan Kapur Selatan telah berani menentukan pilihannya sendiri, jatilah yang ditanam di atas lahan miliknya. Bagaimana dengan jenis program penghijauan? Ditanam juga, tetapi tidak perlu diperhatikan amat karena itu kan kepentingan pemerintah, sedang kalau kepentingan masyarakat ya jati tadi; dan nyatanya lalu terbentuk hutan rakyat yang bagus seperti di Paranggupito itu.
Ini berarti bahwa hutan rakyat tersebut sebagian besar merupakan prestasi karya rakyat sendiri, walaupun orang kehutanan mesti mengklaim sebagai hasil didikannya. Rakyat Kapur Selatan membantah dengan tegas: “Tidak, pemerintah mendidik kami menanam mahoni, formis, kaliandra dan sebagainya yang nilai uang dan manfaatnya rendah. Kami menanam jati karena kami (lebih tahu) bahwa jati lebih produktif.”
Alhasil, Paranggupito memang sebuah prestasi rakyat, sedang kehutanan termasuk BUMN-nya belum ada yang pernah mendapat hadiah berupa Kalpataru tadi. “Kehutanan memang bukan berorientasi ke Kalpataru melainkan berorientasi ke pembangunan dan profit,” kata seorang teman rimbawan murni tamatan Bulaksumur yang kondang itu penuh dengan keyakinan dan proud. Tetapi prestasi rakyat Kapur Selatan menyulap lahan kritis menjadi hutan rakyat dengan dominasi jati yang bernilai tinggi itu merupakan tolok ukur obyektif yang tak dapat disanggah. Pada pertengahan dekade 1960-an daerah Kapur Selatan terkenal dengan sebutan daerah yang sosial-ekonomi-hidro-orologis-teknis kritis. Jadi semua aspek serba kritis. Tetapi sekarang, setelah tiga dekade, wilayah tersebut merupakan daerah produktif, lingkungannya segar, masyarakatnya tidak emosional karena selalu dipayungi dengan tajuk-tajuk pepohonan yang memberikan harapan indah di masa mendatang. Tidak hanya itu, binatang-binatang yang dulu meninggalkannya mulai kembali lagi karena habitat yang telah rusak dapat pulih kembali. Sementara itu wilayah hutan negara yang dikelola Perhutani sejak tahun 1963, yang dulu kritis malah semakin kritis, bahkan yang dulu produktif pun sekarang menjadi kosong-mlompong. Jadi kalau di-konkrus, istilah almarhum Ki Nartosabdo, mana yang menang dalam membangun derah kritis, rakyat atau rimbawan yang insinyur? Tahu kan jawabannya!
Tetapi adakah sis negatif prestasi rakyat tersebut? Paranggupito menyajikan fenomena yang amat menarik. Hanya satu tahun setelah Kalpataru diterima, hutan jati yang lebat itu telah lenyap sama sekali, bahkan ada yang berubah menjadi pemukiman. Mengapa begitu? Imitasikah mental masyarakat dalam membangun hutan rakyat? Jawabannya begini. Pada waktu Kalpataru belum diterima, Sang Bupati melarang rakyat pemilik hutan di lahannya sendiri untuk menebang barang satu pohon pun. Alasannya macam-macam dan banyak yang ngerpek dari diktat Fakultas Kehutanan. “Pohon-pohon itu penting untuk menjaga tata-air, untuk habitat satwa liar, untuk menjaga keseimbangan oksigen-karbon dioksida, untuk ini, untuk, dan jangan lupa, untuk prestasi saya sebagai Kepala Daerah dalam memimpin pembangunan.” Tentu saja penggalan kalimat terakhir itu tidak terucapkan, hanya dibatin, disimpan di dalam hati karena itu memang rahasia keluarga. Oleh karena dengan bergaya sebagai pemenang dan pemimpin rakyat sejati, setelah Kalpataru diterima, Sang Bupati menumpahkan kemurahan dan kearifannya kepada rakyat: “Sekarang kalian telah berprestasi luar biasa, kemampuan kalian dalam membangun telah mendapat penghargaan dari Yang Mulia Bapak Presiden. Hadiah Kalpataru itu bukan untuk saya melainkan untuk kalian semua. Tetapi untuk amannya ya disimpan di rumah dinas Kabupaten saja sebab kalau disimpan oleh rakyat, di samping masalah keamanan lalu siapa yang akan ditunjuk. Sulit kan? Nanti tidak adil. Nah, lebih dari itu, sekarang kalian boleh menikmati hasil pembangunan kalian sendiri. Pohon-pohon jati sekarang boleh kalian tebang untuk memakmurkan keluarga kalian masing-masing. Saya tidak mendapat apa-apa (kelcuali diperpanjang masa jabatan berikut atau bahkan naik jadi Gubernur). ”
Itulah fenomena Paranggupito dengan fenomena hutan rakyat dan Kalpatarunya. Itulah kemampuan rakyat dalam membangun hutan yang ternyata juga menjadi sumber amal buat orang lain. Jadi, kemampuan rakyat dapat dikemas untuk banyak tujuan. Kita membutuhkan pengemas yang mampu dan mau untuk melipat-gandakan manfaat bagi rakyat itu sendiri. Tetapi ini barangkali hanya cita-cita mulia yang sulit dijumpai di lapangan, cita-cita dari seorang nabi atau malaikat. Wallaho ‘alam bissawab.
Senin, 12 Januari 2009
Rabu, 07 Januari 2009
dermaga gagal total
ini diambil dr kr online
Home>>Jawa Tengah
FPAN DPRD WONOGIRI PUNYA BUKTI; Proyek Dermaga Paranggupito Gagal Total
14/12/2007 08:43:11 WONOGIRI (KR) - Kasus ‘pencurian’ air PDAM dan proyek pembangunan dermaga Klotok di wilayah Kecamatan Paranggupito Wonogiri mendapat sorotan tajam kalangan dewan. Anggota Fraksi Partai Amanat Nasional atau PAN DPRD Wonogiri Subandi PR SPd, dalam sidang paripurna DPRD, Rabu (12/12) kemarin, membeberkan kedua kasus yang diduga sudah berlangsung bertahun-tahun lamanya itu dengan disertai gambar-gambar visual sehingga sempat mengejutkan para anggota dewan sendiri maupun eksekutif termasuk Bupati Wonogiri Begug Poernomosidi. Dalam sidang paripurna yang dipimpin Ketua DPRD Sugimin JS ST tersebut, 4 anggota dewan menyampaikan pemandangan umum atas nota pengantar RAPBD Wonogiri tahun 2008 yang diajukan bupati. Mereka, Subandi PR SPd (FPAN), Tinggeng (FPKS), Agung Nugroho (FPG) dan Martanto SH (FPDIP). Untuk kali pertama dalam sejarah sidang DPRD Wonogiri, anggota dewan menyoroti kegagalan proyek-proyek di daerahnya melalui pemandangan umum dengan melampirkan bukti-bukti berupa rekaman video visual.
Lebih lanjut diungkapkan Subandi yang juga anggota Komisi B DPRD, komisinya belum lama ini menemukan kasus ‘pencurian’ air PDAM di wilayah Wonogiri bagian selatan yang dinilai merugikan konsumen maupun perusahaan daerah milik Pemkab Wonogiri itu. Pasalnya, jaringan pipa PDAM Paranggupito sengaja dijebol kemudian dialirkan ke bak penampung milik seseorang.
”Menurut sejumlah saksi kasus ini sudah berlangsung bertahun-tahun lamanya namun tidak pernah ditangani, pantas saja jika PDAM selalu rugi,” kata Subandi menyindir.
Dermaga Klotok
Di sisi lain anggota Komisi B DPRD Wonogiri ini menyoroti kegagalan pembangunan dermaga Klotok Paranggupito yang sudah berlangsung hingga 2 tahun anggaran APBD. Mestinya, ungkap dia, proyek pembangunan dermaga yang diawali dengan pemasangan beton-beton pemecah ombak Laut Selatan dengan dana APBD Wonogiri Rp 600 juta itu selesai dikerjakan 2006 lalu.
”Namun tahun itu (2006) gagal dan bupati pernah menjanjikan selesai tahun 2007 ini dengan dana Rp 600 juta lagi. Tapi untuk kedua kalinya gagal lagi karena tahun 2007 tinggal beberapa hari saja,” ujar Subandi menyayangkan.
Fraksi PAN mendesak agar pelaksanaan proyek dermaga di Pantai Selatan Wonogiri ini tidak dilakukan dengan cara-cara mistik atau sesuatu yang berbau klenik tapi harus sesuai jadwal anggaran yang sudah ditetapkan. Pasalnya, sesuai kajian tim teknis mestinya proyek pemasangan pemecah ombak laut tersebut dilakukan pada bulan Mei-Juni lalu namun mengapa baru dikerjakan bulan November. (Dsh/Ths)-c
Selasa, 06 Januari 2009
nongkrong dipantai...........
potret pendidikan...........
mungkin bisa dikatakan menjadi kecamatan yang kecil namun suatu hal yang menggembirakan bahwa sekarang ini ada fasilitas sekolahan yang ada mulai dari TK, SD, SMP negeri maupun swasta, SMA pancasila, sampai dengan kelompok perkualiahan jarak jauh yang dikelola IKIP PGRI wates. membanggakan karena semangat untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi sangatlah bagus. mungkin hal ini harus menjadi perhatian walaupun kondisi ekonomi setempat yang kurang namun inilah nyatanya suatu niat dan semangat untuk menjadi yang terbaik.
armada kekeringan
memang kalau musim kemarau wonogiri identik dengan kekeringan khususnya wonogiri bagian selatan kec. paranggupito, kec giritontro, kec. pracimantoro. apalagi dengan kondisi alam seperti ini yang dulu biasa saya waktu kecil masih banyak telaga/ danau dan sekarang pada kering kerontang tidak bisa menahan air hujan. syukur masih ada perhatian dari pemerintah yaitu dengan mengangkat sumber air bersih yang disalurkan ke bak penampungan di dusun-dusun. dan masih ada lagi laskar yang berusaha mengatasi kekeringan yaitu armada tanki air bersih yang biasa melayani pesanan warga khususnya di wilayah kecamatan paranggupito ini. harga yang relatif mahal namun tetep harus di beli 1 tangki sekitar 90 ribuan kadang kalau pas lebaran bisa sampai 150 ribuan. fantastis bukan...................... apapun kondisi ekonominya namun harus tetap bisa membeli air walaupun dengan menjual ternak yg mereka miliki.
Senin, 05 Januari 2009
kuda lumping
reog ponorogo
pelabuhan yang terbengkelai......
inilah potret suatu perencanaan pemerintah daerah yang tidak menyesuaikan kondisi alam dan masyarakat sekitar. dengan dalih ingin embuat suatu pelabuhan yang digunakan masyarakat sekitar namun apa hasilnya adalah jauh dari kesempurnaan. poryek yg terbengkelai.. biaya ratusan juta rupiah dan hasilnya tidak bermanfaat sedikitpun bagi masyarakat sekitar. apa ngga sebaiknya uang yang begitu banyak untuk meningkatkan fasilitas untuk suatu obyek yg lebih potensial????? gmana pemda............................
kami menunggu konsistensi program yang direncanakan....
pantai kebanggaan wonogiri
inilah pantai kebanggan masyarakat wonogiri khususnya kecamatan paranggupito terletak di paling selatan wilayah kabupaten wonogir. memliliki pemandangan elok, masih asli, pasir putih yang bersih serta pemandangan yang indah. sayang masih kurang penghijauanya jd kadang masih terasa banget panasnya.... tiap hari minggu atau libur pasti wisatawan lokal banyak berdatangan di pantai ini...... namun sarana jalan dan fasilitas disana masih jauh dari memadai......apalagi dg pengelolaan yang jauh dari profesionalisme pemerintah daerah padahal potensinya bagus banget........karena berdekatan juga dengan wilayah pacitan.
sekilas pandang PARANGGUPITO
Paranggupito awalnya hanya sebuah kelurahan, seiring dengan perluasan wilayah kabupaten Wonogiri atau pemekaran wilayah maka Paranggupito dijadikan sebuah Kota kecamatan kecil yang memiliki 8 DESA meliputi :
1. DESA JOHUNUT
2. DESA KETOS
3. DESA SONGBLEDEG
4. DESA PARANGGUPITO
5. DESA SAMBIHARJO
6. DESA GUDANGHARJO
7. DESA GUNTURHARJO
8. DESA GENDAYAKAN
adapun batas wilayahnya bagian barat di kelurahan songbledeg berbatasan langsung dengan kelurahan songbanyu, rongkop gunungkidul, sebelah utara desa johunut berbatasan langsung dengan kec giritontro, wilayah timur desa gendayakan dan desa gunturharjo berbatasan dengan kec donorojo, dan kalak merupakan bagian kabupaten pacitan jawa timur. sebelah selatan berbatasan langsung dengan pantai selatan dimana kecamatan ini mempunyai 3 pantai yang telah dibuka untuk kunjungan wisata, ritual labuhan, dan rencana dermaga kecil. telah memiliki akses jalan dengan jalan aspal namun memang memiliki jalan berliku dan kurang lebar sehingga harus extra hati_hati. Daerah paranggupito memiliki masyarakat yang sebagian besar petani tadah hujan, memelihara ternak, dan sebagian mengembangkan industri rumah tangga gula jawa. juga telah memiliki fasilitas pendidikan dr setingkat taman kanak kanak sampai dengan SMA serta didukung dengan kelompok perkuliahan jarak jauh. fasilitas kesehatan sudah mendukung dengan satu puskesmas kecamatan 3 puskesmas pembatu, dan bidan desa. serta menjadi kecamatan rawan kekeringan, dengan kondisi alam pegunungan batu padas dan tanah yang tidak begitu subur. namun merupakan salah satu kecamatan penghasil budi daya pertanian berupa gaplek dan kayu jati.