blog ini sebagai media penyiaran berita, tombo kangen, kritik sosial, serta sebagai media teknologi informasi terkini.Semoga menjadi media yang bisa membawa kemajuan bagi kecamatan paranggupito khususnya dan wonogiri umumnya.
Sabtu, 26 Maret 2011
Wanita “tertua” di Wonogiri diduga berusia lebih dari 150 tahun
Solopos.com–Perempuan yang biasa dipanggil Mbah Klumpuk ini barangkali adalah orang berusia paling tua yang masih hidup di Wonogiri. Tidak ada yang tahu persis tahun berapa warga Dusun Ngasem RT 1/RW I Desa Gunturharjo, Kecamatan Paranggupito ini lahir karena saat itu tidak ada pendokumentasian secara tertulis.
Perkiraan warga sekitar, usia perempuan dengan tiga anak, 40-an cucu, cicit, dan canggah itu sudah lebih dari 150 tahun. Anak bungsunya saja, Nikem, yang tinggal bersamanya usianya sekarang sudah 90 tahun. Sedangkan cucunya, Tuminem, usianya 58 tahun.
Saat dikunjungi wartawan di rumahnya, akhir pekan lalu, Mbah Klumpuk tampak sedang berjalan terbungkuk-bungkuk di halaman depan rumahnya dengan bantuan sebatang tongkat. Kakinya dibungkus plastik. Belakangan diketahui Mbah Klumpuk sendiri yang memasang plastik itu di kakinya dengan alasan agar tidak terkena penyakit kulit.
Setiap beberapa langkah ia berhenti untuk mencabuti rumput atau memeriksa kondisi tanaman, serta membersihkan daun-daun kering. Dia tampak tidak menyadari kedatangan tamu-tamunya. “Pendengarannya sudah berkurang, kalau tidak di-jawil (disentuh-red) ya tidak tahu ada orang didekatnya,” ungkap Nikem.
Nikem, didampingi salah satu keponakannya, Tuminem, 58, mengatakan meski sudah berusia sangat tua, ibunya itu masih bisa melakukan beberapa aktivitas sendiri. Menurut Nikem, Mbah Klumpuk selalu makan dengan tangannya sendiri, mandi sendiri, begitu pula buang air besar. Mencuci baju pun, kata Nikem, Mbah Klumpuk masih bisa.
Tak hanya itu, gigi Mbah Klumpuk ternyata tidak ikut termakan usia. Tampak jelas gigi itu masih lengkap dan utuh. Sedangkan mengenai kesehatan, Mbah Klumpuk terbilang sangat jarang sakit. “Belum tentu lho dalam tiga tahun sekali kena masuk angin. Memang pendengarannya sudah berkurang, terutama sejak setahun terakhir,” timpal Tuminem.
Kepala Desa Gunturharjo, Suyadi, yang ikut mengunjungi rumah Mbah Klumpuk, menuturkan meski tidak diketahui secara pasti kapan Mbah Klumpuk lahir, keluarga dan warga setempat memperkirakan usianya sudah lebih dari 150 tahun. Suyadi membandingkan dengan neneknya yang meninggal tahun 1996 lalu pada usia 127 tahun.
“Kalau sekarang nenek saya masih hidup umurnya sekitar 141 tahun. Sebelum meninggal beliau pernah bercerita ketika beliau masih kecil, Mbah Klumpuk sudah berkeluarga. Berarti diperkirakan selisih umur mereka sekitar 20 tahun. Dengan demikian mungkin saja usia Mbah Klumpuk sekarang lebih dari 150 tahun,” ujar Suyadi.
(Suharsih)
sekilas pandang PARANGGUPITO
Paranggupito awalnya hanya sebuah kelurahan, seiring dengan perluasan wilayah kabupaten Wonogiri atau pemekaran wilayah maka Paranggupito dijadikan sebuah Kota kecamatan kecil yang memiliki 8 DESA meliputi :
1. DESA JOHUNUT
2. DESA KETOS
3. DESA SONGBLEDEG
4. DESA PARANGGUPITO
5. DESA SAMBIHARJO
6. DESA GUDANGHARJO
7. DESA GUNTURHARJO
8. DESA GENDAYAKAN
adapun batas wilayahnya bagian barat di kelurahan songbledeg berbatasan langsung dengan kelurahan songbanyu, rongkop gunungkidul, sebelah utara desa johunut berbatasan langsung dengan kec giritontro, wilayah timur desa gendayakan dan desa gunturharjo berbatasan dengan kec donorojo, dan kalak merupakan bagian kabupaten pacitan jawa timur. sebelah selatan berbatasan langsung dengan pantai selatan dimana kecamatan ini mempunyai 3 pantai yang telah dibuka untuk kunjungan wisata, ritual labuhan, dan rencana dermaga kecil. telah memiliki akses jalan dengan jalan aspal namun memang memiliki jalan berliku dan kurang lebar sehingga harus extra hati_hati. Daerah paranggupito memiliki masyarakat yang sebagian besar petani tadah hujan, memelihara ternak, dan sebagian mengembangkan industri rumah tangga gula jawa. juga telah memiliki fasilitas pendidikan dr setingkat taman kanak kanak sampai dengan SMA serta didukung dengan kelompok perkuliahan jarak jauh. fasilitas kesehatan sudah mendukung dengan satu puskesmas kecamatan 3 puskesmas pembatu, dan bidan desa. serta menjadi kecamatan rawan kekeringan, dengan kondisi alam pegunungan batu padas dan tanah yang tidak begitu subur. namun merupakan salah satu kecamatan penghasil budi daya pertanian berupa gaplek dan kayu jati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar