blog ini sebagai media penyiaran berita, tombo kangen, kritik sosial, serta sebagai media teknologi informasi terkini.Semoga menjadi media yang bisa membawa kemajuan bagi kecamatan paranggupito khususnya dan wonogiri umumnya.
Senin, 21 Desember 2009
Warga Padati Labuhan Ageng
WONOGIRI (Joglosemar): Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri menggelar acara Labuhan Ageng yang berlangsung di pantai Sembukan, Paranggupito, Sabtu (19/12).
Labuhan Ageng yang sudah digelar sejak 10 tahun lalu tersebut dipimpin langsung oleh Bupati Wonogiri, Begug Poernomosidi.
Prosesi diawali dengan penyerahan sesaji dari Camat ke Kepala Desa. Sesaji berupa kepala sapi, kaki dan ekor itu dilarung oleh Bupati selaku sesepuh Wonogiri. Cuaca mendung mengiringi Labuhan Ageng, hingga gerimis turun saat acara berakhir.
Acara Labuhan Ageng dirangkai dengan pertunjukan wayang kulit semalam suntuk, dengan dalang Ki Hartono, Direktur Utama Bank Jateng, Cabang Wonogiri dengan mengusung lakon Wahyu Katentreman Hanggono Jati.
“Inti ceritanya adalah kondisi negara saat ini bukan karena pageblug, tapi sebagai hasil dari ulah tangan manusia sendiri. Untuk itu manusia hendaknya koreksi terhadap dirinya sendiri,” katanya.
Berebut Sesaji
Bupati Begug Poernomosidi menyatakan baginya pelarungan kepala sapi yang mewakili satu badan sapi utuh itu melambangkan bahwa manusia harus bersih dari nafsu kehewanan. Sehingga manusia bisa meraih yang diinginkannya.
“Upacara ini juga sebagai ucapan syukur terhadap pemberian Tuhan kepada manusia. Dan yang jelas, upacara adat ini harus terus ada dan dijaga. Jangan sampai ditinggalkan,” jelasnya.
Menurut tokoh masyarakat setempat, Sucipto, upacara Labuhan Ageng itu sebenarnya malah sudah dilakukan sejak zaman Mangkunegara IV.
“Saat itu sebenarnya Mangkunegara IV diserahi tugas untuk mencari petilasan dari Mangkunegara I. Hingga akhirnya ditemukan di Sembukan dan lahirlah upacara Labuhan ini,” paparnya.
Masyarakat sekitar datang biasanya untuk berebut sesaji hasil bumi yang ada menyertai kepala sapi. Kepala sapi dilarung, sementara hasil panen diperebutkan. Semakin banyak mendapat sesaji hasil bumi, diyakini makin banyak pula rezeki yang akan didapat.
“Masyarakat biasanya menyerbu sesaji hasil bumi. Mereka yakin makin banyak yang didapat, makin sejahtera pula mereka nantinya,” terang Sularso, Camat Paranggupito. (son)
sekilas pandang PARANGGUPITO
Paranggupito awalnya hanya sebuah kelurahan, seiring dengan perluasan wilayah kabupaten Wonogiri atau pemekaran wilayah maka Paranggupito dijadikan sebuah Kota kecamatan kecil yang memiliki 8 DESA meliputi :
1. DESA JOHUNUT
2. DESA KETOS
3. DESA SONGBLEDEG
4. DESA PARANGGUPITO
5. DESA SAMBIHARJO
6. DESA GUDANGHARJO
7. DESA GUNTURHARJO
8. DESA GENDAYAKAN
adapun batas wilayahnya bagian barat di kelurahan songbledeg berbatasan langsung dengan kelurahan songbanyu, rongkop gunungkidul, sebelah utara desa johunut berbatasan langsung dengan kec giritontro, wilayah timur desa gendayakan dan desa gunturharjo berbatasan dengan kec donorojo, dan kalak merupakan bagian kabupaten pacitan jawa timur. sebelah selatan berbatasan langsung dengan pantai selatan dimana kecamatan ini mempunyai 3 pantai yang telah dibuka untuk kunjungan wisata, ritual labuhan, dan rencana dermaga kecil. telah memiliki akses jalan dengan jalan aspal namun memang memiliki jalan berliku dan kurang lebar sehingga harus extra hati_hati. Daerah paranggupito memiliki masyarakat yang sebagian besar petani tadah hujan, memelihara ternak, dan sebagian mengembangkan industri rumah tangga gula jawa. juga telah memiliki fasilitas pendidikan dr setingkat taman kanak kanak sampai dengan SMA serta didukung dengan kelompok perkuliahan jarak jauh. fasilitas kesehatan sudah mendukung dengan satu puskesmas kecamatan 3 puskesmas pembatu, dan bidan desa. serta menjadi kecamatan rawan kekeringan, dengan kondisi alam pegunungan batu padas dan tanah yang tidak begitu subur. namun merupakan salah satu kecamatan penghasil budi daya pertanian berupa gaplek dan kayu jati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar