blog ini sebagai media penyiaran berita, tombo kangen, kritik sosial, serta sebagai media teknologi informasi terkini.Semoga menjadi media yang bisa membawa kemajuan bagi kecamatan paranggupito khususnya dan wonogiri umumnya.
Minggu, 27 Desember 2009
Meriah, Kirab Jamasan Pusaka di WGM
Wonogiri (Espos)–Layaknya sebuah kirab dengan berbagai atribut dan pertunjukan seni yang mengiringi, kemeriahan benar-benar terasa saat satu per satu peserta Kirab dan Jamasan Pusaka yang digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri, Minggu (27/12) berjalan beriringan mulai dari halaman Pendapa Rumah Dinas Bupati Wonogiri menuju obyek wisata Sendang Asri Waduk Gajah Mungkur (WGM).
Lebih dari 3.000 orang ikut meramaikan acara tahunan yang digelar sebagai upaya melestarikan pusaka peninggalan MN I sekaligus sebagai daya tarik wisata itu.
Sementara itu, pusaka yang dikirab dan dijamasi (dibersihkan) jumlahnya mencapai puluhan, terdiri atas pusaka peninggalan KGPAA Mangkunegara (MN) I sebanyak sembilan buah, pusaka koleksi Pemkab Wonogiri dan Bupati H Begug Poernomosidi, serta pusaka milik warga yang dititipkan untuk dijamasi. Di antara puluhan pusaka itu ada dua buah keris yang menyedot banyak perhatian warga karena ukurannya yang tidak normal.
Pada umumnya, keris hanya berukuran panjang 30-50 cm dan berat kurang dari 1 kg. Namun dua keris yang bernama Kiai Parungsari dan Kiai Sengkelat ini masing-masing berukuran panjang 2,5 meter dan 2 meter serta berat mencapai 40 kg dan 30 kg. Kedua keris yang menurut informasi merupakan peninggalan zaman Mataram sekitar tahun 1700-an ini telah menjadi maskot Kabupaten Wonogiri.
Dalam iring-iringan kirab itu, Kiai Parungsari dan Kiai Sengkelat diangkut dengan sebuah mobil pikap dengan dua patung sebagai penyangganya. Di sepanjang perjalanan kirab, keduanya menjadi pusat perhatian ribuan warga masyarakat yang menonton dari pinggir jalan. Bahkan sesampainya di lokasi jamasan, kedua pusaka itu paling banyak dikerumuni penonton yang ingin memotret dan mengabadikannya.
Kirab itu sendiri diberangkatkan sekitar pukul 09.00 WIB. Diawali dengan pasukan drumband anak-anak sekolah, disusul di belakangnya oleh kereta kencana yang ditumpangi Bupati Begug Poernomosidi. Baru kemudian mobil pembawa dua keris raksasa, dan pusaka-pusaka lainnya seperti tiga pusaka dari Selogiri yaitu keris Kiai Karawelang, tombak Kiai Totog dan tombak Kiai Jaladara, dua pusaka dari Girimarto yaitu tombak Kiai Limpung dan keris Kiai Semar Tinandu, dan dua pusaka dari Sendang Kaliwerak, Giritirto yaitu tombak Kiai Bancak dan tombak Kiai Alap-alap. Semuanya merupakan peninggalan MN I. Tak ketinggalan pula pusaka milik kabupaten, yaitu Gong Kiai Mendung Ekadayawilaga.
“Tradisi jamasan ini sudah dilakukan sejak 1980-an adalah sebagai sarana untuk melestarikan pusaka peninggalan KGPAA Mangkunegara I dengan cara membersihkan dan merawatnya secara rutin. Sekaligus menjadikannya sebagai salah satu daya tarik wisata. Petugas jamasan adalah abdi dalem Wrekso Warastro Pura Mangkunegaran,” ungkap salah satu panitia.
shs
sekilas pandang PARANGGUPITO
Paranggupito awalnya hanya sebuah kelurahan, seiring dengan perluasan wilayah kabupaten Wonogiri atau pemekaran wilayah maka Paranggupito dijadikan sebuah Kota kecamatan kecil yang memiliki 8 DESA meliputi :
1. DESA JOHUNUT
2. DESA KETOS
3. DESA SONGBLEDEG
4. DESA PARANGGUPITO
5. DESA SAMBIHARJO
6. DESA GUDANGHARJO
7. DESA GUNTURHARJO
8. DESA GENDAYAKAN
adapun batas wilayahnya bagian barat di kelurahan songbledeg berbatasan langsung dengan kelurahan songbanyu, rongkop gunungkidul, sebelah utara desa johunut berbatasan langsung dengan kec giritontro, wilayah timur desa gendayakan dan desa gunturharjo berbatasan dengan kec donorojo, dan kalak merupakan bagian kabupaten pacitan jawa timur. sebelah selatan berbatasan langsung dengan pantai selatan dimana kecamatan ini mempunyai 3 pantai yang telah dibuka untuk kunjungan wisata, ritual labuhan, dan rencana dermaga kecil. telah memiliki akses jalan dengan jalan aspal namun memang memiliki jalan berliku dan kurang lebar sehingga harus extra hati_hati. Daerah paranggupito memiliki masyarakat yang sebagian besar petani tadah hujan, memelihara ternak, dan sebagian mengembangkan industri rumah tangga gula jawa. juga telah memiliki fasilitas pendidikan dr setingkat taman kanak kanak sampai dengan SMA serta didukung dengan kelompok perkuliahan jarak jauh. fasilitas kesehatan sudah mendukung dengan satu puskesmas kecamatan 3 puskesmas pembatu, dan bidan desa. serta menjadi kecamatan rawan kekeringan, dengan kondisi alam pegunungan batu padas dan tanah yang tidak begitu subur. namun merupakan salah satu kecamatan penghasil budi daya pertanian berupa gaplek dan kayu jati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar