Pendataan calon penerima paket kompor dan tabung gas gratis guna mendukung program konversi minyak tanah ke gas elpiji di Wonogiri oleh lima konsultan menyisakan data yang berbeda.
Belakangan, muncul pula kasus pungutan liar. Pungli itu diduga dilakukan atas kesepakatan oknum petugas lapangan dan konsultan dengan oknum perangkat desa. Padahal Pemkab Wonogiri, selalu menegaskan, pemberian tabung gas beserta kelengkapannya itu gratis. Bagaimana masyarakat menyikapi soal pungutan itu? Berikut ngudarasa warga Wonogiri:
Mursidah, 36, warga Brajan, Kaliancar, Selogiri
Kami sudah mendapatkan sosialisasi dan mengisi formulir konversi minyak tanah ke gas elpiji. Dikatakan oleh Ketua RT, kalau warganya yang memiliki usaha bisa mendapatkan dua paket. Jadi satu keluarga bisa mendapatkan dua, kalau memiliki usaha. Saya sudah mendapatkan formulir. Di tempat kami juga ada tarikan, ya kami beri, karena kami tidak tahu apakah gratis atau tidak.
Kalau program itu gratis, mestinya dikatakan gratis, tidak ada pungutan-pungutan lagi. Kalaupun ada pungutan juga dijelaskan untuk apa dana pungutan itu sehingga masyarakat tahu. Jangan ada lagi oknum yang memanfaatkan situasi.
Guste F, 27, warga Kedungringin, Giripurwo, Wonogiri
Semua warga di RT sudah mendapatkan formulir pengisian program konversi minyak tanah ke gas elpiji. Pada pertemuan rukun tetangga (RT) dikatakan kalau program itu gratis. Masyarakat di perkotaan, sudah mendengar kalau program itu gratis sehingga Pak RT tidak menarik pungutan apapun.
Pak RT cuma memberikan penjelasan agar formulir dilengkapi dengan fotokopi KK dan KTP calon penerima. Tidak ada tarikan atau pungutan. Kalau di desa-desa ada tarikan, ya sangat disayangkan. Apalagi kalau tarikan itu ada yang mengoordinasi, kasihan calon penerimanya. Jika telanjur ditarik, mestinya dikembalikan. Kasihan masyarakat, padahal maksud pemerintah dengan program itu kan gratis. Ya harus gratis. - Oleh : tus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar