blog ini sebagai media penyiaran berita, tombo kangen, kritik sosial, serta sebagai media teknologi informasi terkini.Semoga menjadi media yang bisa membawa kemajuan bagi kecamatan paranggupito khususnya dan wonogiri umumnya.
Rabu, 19 Januari 2011
Wonogiri 10 besar terbanyak anak Balita bergizi buruk
Data yang diperoleh Espos dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Wonogiri, jumlah anak Balita yang datang ke Posyandu setiap bulannya mencapai 55.000-an anak. Dari jumlah itu, angka gizi buruk di Wonogiri tercatat sebanyak 4,63%. Angka tersebut turun dibandingkan data akhir 2009 lalu 4,76%. Kendati demikian, dibandingkan 34 kabupaten/kota lainnya di Jateng, Wonogiri masih masuk 10 besar tertinggi.
“Berdasarkan data Posyandu, angkanya memang segitu. Tapi setelah divalidasi berdasarkan rumus berat badan (BB) dibagi umur (U), penderita gizi buruk hanya 317 Balita. Sedangkan jika menggunakan rumus berat badan (BB) dibagi tinggi badan (TB), jumlahnya hanya 45 Balita di seluruh Wonogiri,” ungkap staf Seksi Kesejahteraan Keluarga dan Gizi Dinkes, Kristiana TW, mewakili Kepala Dinkes, AUG Jarot Budiharso, saat ditemui wartawan, Rabu (19/1).
Penyebab gizi buruk atau gizi kurang kata Kristiana, bisa karena beberapa faktor, di antaranya berat bayi lahir rendah (BBLR), pola asuh dan pola makan, penyakit, dan kondisi ekonomi.
Sebelumnya, saat hearing di Komisi D DPRD, Selasa (18/1), Kepala Dinkes, AUG Jarot mengungkapkan salah satu penyebab spesifik di Wonogiri di antaranya karena banyak anak Balita yang ditinggal merantau oleh ibunya dan pengasuhannya diserahkan kepada kerabatnya. Hal ini mempengaruhi pola asuh anak.
Wakil Ketua Komisi D DPRD, Ngadiyono, didampingi Wakil Ketua DPRD, Tinggeng menilai angka gizi buruk yang dibeberkan oleh Dinkes tersebut meragukan. Mereka meyakini jumlah penderita gizi buruk di Wonogiri lebih banyak dibandingkan yang tercatat. Pasalnya, mereka mengaku mengetahui beberapa bidan terutama di daerah pinggiran yang mendata tanpa terjun langsung ke lapangan.
“Kami sangat berharap data ini benar-benar valid sehingga langkah-langkah kebijakan yang ditempuh untuk penanganannya juga tepat. Tapi kami sering mendapati bidan yang mendata secara karena malas turun ke lapangan,” ungkap Ngadiyono.
Tinggeng menambahkan apa yang dikatakan Ngadiyono seperti pengalamannya sendiri benar adanya. Karena itu dia berharap setelah ini tenaga bidan desa mengoptimalkan kinerja dalam rangka penanganan gizi buruk yang lebih efektif.
“Kalau data validasi Dinkes ini memang benar, itu bagus karena berarti jumlahnya sedikit. Tapi saya kok masih agak ragu. Jadi mohon ke semua bidan agar selalu terjun langsung ke lapangan saat mendata,” kata wakil ketua DPRD bidang kesejahteraan rakyat itu.
shs
sekilas pandang PARANGGUPITO
Paranggupito awalnya hanya sebuah kelurahan, seiring dengan perluasan wilayah kabupaten Wonogiri atau pemekaran wilayah maka Paranggupito dijadikan sebuah Kota kecamatan kecil yang memiliki 8 DESA meliputi :
1. DESA JOHUNUT
2. DESA KETOS
3. DESA SONGBLEDEG
4. DESA PARANGGUPITO
5. DESA SAMBIHARJO
6. DESA GUDANGHARJO
7. DESA GUNTURHARJO
8. DESA GENDAYAKAN
adapun batas wilayahnya bagian barat di kelurahan songbledeg berbatasan langsung dengan kelurahan songbanyu, rongkop gunungkidul, sebelah utara desa johunut berbatasan langsung dengan kec giritontro, wilayah timur desa gendayakan dan desa gunturharjo berbatasan dengan kec donorojo, dan kalak merupakan bagian kabupaten pacitan jawa timur. sebelah selatan berbatasan langsung dengan pantai selatan dimana kecamatan ini mempunyai 3 pantai yang telah dibuka untuk kunjungan wisata, ritual labuhan, dan rencana dermaga kecil. telah memiliki akses jalan dengan jalan aspal namun memang memiliki jalan berliku dan kurang lebar sehingga harus extra hati_hati. Daerah paranggupito memiliki masyarakat yang sebagian besar petani tadah hujan, memelihara ternak, dan sebagian mengembangkan industri rumah tangga gula jawa. juga telah memiliki fasilitas pendidikan dr setingkat taman kanak kanak sampai dengan SMA serta didukung dengan kelompok perkuliahan jarak jauh. fasilitas kesehatan sudah mendukung dengan satu puskesmas kecamatan 3 puskesmas pembatu, dan bidan desa. serta menjadi kecamatan rawan kekeringan, dengan kondisi alam pegunungan batu padas dan tanah yang tidak begitu subur. namun merupakan salah satu kecamatan penghasil budi daya pertanian berupa gaplek dan kayu jati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar