blog ini sebagai media penyiaran berita, tombo kangen, kritik sosial, serta sebagai media teknologi informasi terkini.Semoga menjadi media yang bisa membawa kemajuan bagi kecamatan paranggupito khususnya dan wonogiri umumnya.
Rabu, 01 Desember 2010
53,84% Penderita HIV/AIDS Wonogiri meninggal
Guna mengantisipasi dan menurunkan angka penderita, mulai akhir tahun ini Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) akan mengoptimalkan pemeriksaan terhadap para pembantu rumah tangga (PRT) urban. Sebab hasil pelacakan petugas DKK, para ODHA (orang dengan HIV/AIDS) terjangkit saat boro.
Penegasan bernada peringatan itu disampaikan Kepala DKK Wonogiri, dr Aug Jarot didampingi Kabid Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) DKK Wonogiri, dr Tuty Darsari, Rabu (1/12).
“Hari ini memang Hari AIDS se-dunia peringatan dipusatkan di Jawa Timur. Wonogiri juga memperingati secara sederhana, yakni kunjungan atau visit ke rumah-rumah ODHA. Di Soloraya ODHA Wonogiri paling sedikit,” ujar dr Aug Jarot.
Saat ditemui Espos di ruang kerja, Aug Jarot menjelaskan Pemkab Wonogiri berusaha menekan angka ODHA. “Langkah efektif dan akan kami optimalkan tahun ini adalah mewaspadai serta memeriksa PRT urban. PNS sudah ada pemeriksaan rutin, utamanya saat menjadi CPNS,” jelas Jarot.
Mantan Kepala Puskesmas Jatisrono ini menjelaskan, masyarakat diharapkan ikut mengawasi dan tidak mengucilkan ODHA. Salah satu ciri, jelasnya, seseorang terserang HIV/AIDS adalah sariawan tak sembuh-sembuh.
“Istilah jawa gomen terlalu lama. Ciri umum lain, warga menderita flu lama dari biasa. Tanda-tanda umum terus disosialisasikan. Pencegahan paling efektif adalah tidak ganti-ganti pasangan.”
Ditambahkan oleh Kabid P2PL, dr Tuty Darsari hingga 2010 jumlah ODHA Wonogiri 13 orang. “Tujuh penderita sudah meninggal, seorang ODHA boro dan sisanya atau lima ODHA dalam pemantauan petugas kesehatan. Lima orang, dua di antaranya Balita dengan salah satu Balita kedua orangtua sudah meninggal.”
Disebutkan oleh mantan Kepala Puskesmas Baturetno ini, lima kecamatan adalah Ngadirojo, Selogiri, Jatipurno, Giriwoyo dan Nguntoronadi. Dikatakannya, pemerintah memfasilitasi para ODHA.
“Utamanya kontrol di rumah sakit, biaya transportasi menjadi beban penderita. Tahun ini biaya penanggulangan HIV/AIDS Wonogiri cuma Rp 15 juta dan habis. Jika ditemukan penderita baru tidak ada dana lagi.”
Sementara itu, Camat Selogiri Bambang Haryanto mengaku masyarakatnya cukup toleransi terhadap ODHA. “Tidak ada pengucilan, justru ODHA diajak berkomunikasi serta dilibatkan dalam kegiatan kemasyarakatan agar tidak tersisihkan. Pemerintah sendiri sudah menjalankan fungsi sebagai penjamin dan pelayan. Artinya, memberikan pelayanan kesehatan dan menjamin ODHA saat berobat di rumah sakit Moewardi Solo.”
tus
sekilas pandang PARANGGUPITO
Paranggupito awalnya hanya sebuah kelurahan, seiring dengan perluasan wilayah kabupaten Wonogiri atau pemekaran wilayah maka Paranggupito dijadikan sebuah Kota kecamatan kecil yang memiliki 8 DESA meliputi :
1. DESA JOHUNUT
2. DESA KETOS
3. DESA SONGBLEDEG
4. DESA PARANGGUPITO
5. DESA SAMBIHARJO
6. DESA GUDANGHARJO
7. DESA GUNTURHARJO
8. DESA GENDAYAKAN
adapun batas wilayahnya bagian barat di kelurahan songbledeg berbatasan langsung dengan kelurahan songbanyu, rongkop gunungkidul, sebelah utara desa johunut berbatasan langsung dengan kec giritontro, wilayah timur desa gendayakan dan desa gunturharjo berbatasan dengan kec donorojo, dan kalak merupakan bagian kabupaten pacitan jawa timur. sebelah selatan berbatasan langsung dengan pantai selatan dimana kecamatan ini mempunyai 3 pantai yang telah dibuka untuk kunjungan wisata, ritual labuhan, dan rencana dermaga kecil. telah memiliki akses jalan dengan jalan aspal namun memang memiliki jalan berliku dan kurang lebar sehingga harus extra hati_hati. Daerah paranggupito memiliki masyarakat yang sebagian besar petani tadah hujan, memelihara ternak, dan sebagian mengembangkan industri rumah tangga gula jawa. juga telah memiliki fasilitas pendidikan dr setingkat taman kanak kanak sampai dengan SMA serta didukung dengan kelompok perkuliahan jarak jauh. fasilitas kesehatan sudah mendukung dengan satu puskesmas kecamatan 3 puskesmas pembatu, dan bidan desa. serta menjadi kecamatan rawan kekeringan, dengan kondisi alam pegunungan batu padas dan tanah yang tidak begitu subur. namun merupakan salah satu kecamatan penghasil budi daya pertanian berupa gaplek dan kayu jati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar