Bengkok yang digarap tidak memberikan hasil maksimal. Selain terkendala cuaca yang sulit diprediksi, kesuburan tanah dan ketersediaan air menjadi permasalahan tersendiri. Dia mengatakan, selama lima bulan, dirinya tidak dapat menggantungkan hidup dengan hasil produksi lahan tersebut. ”Tanaman juga rawan terserang hama tanaman,” jelasnya kepada Espos, Selasa (12/5), seusai dialog dengan pejabat Pemkab di Pendapa Pemkab Wonogiri.
Bengkok merupakan kebanggaan bagi keluarga perangkat desa (Perdes) karena merupakan penghormatan yang diberikan dari masyarakat kepada mereka. Kendati demikian, sambung dia, jika hanya menggantungkan hidup dari tanah tersebut, tentu mereka tak bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Karena itu, mereka sangat mengharapkan honor atau upah yang diberikan setiap bulan.
“Upah tersebut harus tetap diberikan atas dasar kebijakan pemerintah daerah,” papar dia.
Program sosial
Padahal perangkat desa tidak boleh menerima program-program jaminan sosial di antaranya pembagian beras untuk rakyat miskin (Raskin), bantuan langsung tunai (BLT) maupun Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Menurut Kepala Dusun Ndanan, Desa Sendangagung, Giriwoyo, Sutimin, kehidupan sosial ekonomi perangkat desa tidak lebih baik dari masyarakat penerima bantuan tersebut. “Untuk menghidupi keluarga selama lima bulan tersebut, mau tidak mau harus utang dulu,” jelasnya.
Perangkat desa merupakan tangan panjang dari Pemkab dengan tanggung jawab sosial kemasyarakatan yang tidak ringan. Dia keberatan jika harus menyerahkan bengkok tersebut dan hanya mendapatkan upah tambahan tetap.
”Upah tambahan tetap tersebut tidak sebanding dengan tugas dan tanggung jawab kami,” jelasnya. - Oleh : Dina Ananti S S
Tidak ada komentar:
Posting Komentar