Demikian pula dengan nasi thiwul maupun cabuk. Kedua jenis hidangan ini memang tidak sepopuler gudeg Yogya dan lumpia Semarang. Namun, bila Anda berkunjung ke Wonogiri, Jawa Tengah, hidangan ini menjadi salah satu hidangan yang dicari.
Nasi gaplek yang dihidangkan bersama sayur lombok, sambal bawang, dan cabuk, menjadikannya sebagai makanan tradisional yang patut dicoba. Tidak hanya oleh mereka pehobi kuliner, tapi juga masyarakat umum.
Dua jenis makanan itu konon merupakan makanan khas Wonogiri. Nasi thiwul berbahan utama singkong kering (gaplek) yang ditumbuk, sedangkan cabuk berbahan utama biji wijen.
Sembari menikmati nasi thiwul dan cabuk, para pengunjung di warung makan Ngaso Angkringan juga bisa menikmati berbagai minuman.
Ada kejutan kecil di warung berkonsep rumah bambu itu. Pemiliknya membuat kreasi yang tak terduga, menggabungkan hidangan tradisional dengan minuman asli India, teh tarik. Nasi thiwul dengan cabuk yang dipasangkan dengan teh tarik, menjadi pasangan makanan dan minuman campuran Wonogiri- India yang pas.
Pemilik warung yang terletak di Jalan Diponegoro, Pokoh, Wonoboyo, Wonogiri Susilo Darmoharsono, yang kini berusia 50 tahun, itu rupanya jebolan chef sejumlah hotel berbintang baik dalam maupun luar negeri.
Selama lebih dari 20 tahun Susilo berkarier di perhotelan. Bahkan, dia juga pernah menjadi chef bagi mantan Presiden Megawati Soekarnoputri saat melakukan kunjungan di Vietnam, 25 Juni 2003.
Menurutnya, makanan modern saat ini adalah hal biasa. Banyak orang yang mengonsumsinya. Lain halnya dengan nasi thiwul dan cabuk yang sudah jarang ditemukan.
"Cabuk itu asli Wonogiri. Bahkan, dulu mantan Presiden Pak Harto kalau ke Wonogiri pasti mencari cabuk," katanya.
Berbagai menu sayur di warung tersebut juga disajikan secara unik di tempat yang terbuat dari tanah (gerabah). Penyajiannya dibuat sealami mungkin, jauh dari kesan modern.
Dengan harga yang merakyat, para pencinta kuliner bisa menikmati berbagai makanan khas daerah di warung Ngaso Angkringan ini.
Selain nasi thiwul, masih terdapat nasi merah yang tak kalah unik dan gurih rasanya. Di warung yang baru dibuka sekitar satu setengah tahun lalu itu, selain menyajikan makanan tradisional khas Wonogiri, juga menyajikan makanan ala Eropa dan Asia, seperti steak daging.
"Kalau orangtua biasanya lebih memilih makanan tradisional, tapi kalau remaja lebih memilih steak," ujarnya.(sindo//nsa)
( diambil dari okezone.com )
1 komentar:
Salut untuk blog yang bersemangat men-dunia-kan Paranggupito dan Wonogiri kita. Oh ya saya senang di blog ini ada tulisan tentang Cafe Ngaso Angkringan yang menyediakan makanan thiwul dan cabuk. Kebetulan, pemiliknya Mas Bambang Susilo Darmoharsono, adalah teman ngobrol saya. Kalau main ke kafe, selalu disuguh menu memikat : jangan pedes, goreng ikan asin, dan juga cabuk. Silakan mampir di dekat perempatan Pokoh Wonogiri. Bisa pula kontak di : +62811393150464. Sukses selalu, Mas Budi !
Posting Komentar