blog ini sebagai media penyiaran berita, tombo kangen, kritik sosial, serta sebagai media teknologi informasi terkini.Semoga menjadi media yang bisa membawa kemajuan bagi kecamatan paranggupito khususnya dan wonogiri umumnya.
Jumat, 01 Oktober 2010
Sikap Rakyat Wonogiri tentang Kekuasaan
Kita tekankan kalimat ”berusaha bertahan dengan caranya sendiri”. Bupati Begug Poernomosidi yang tidak berhak mencalonkan diri lagi karena sudah dua periode menjabat, kali ini maju sebagai calon wakil bupati, mendampingi Sumaryoto. Yang tersirat dari fakta ini adalah, seseorang masih bisa mencoba bertahan di pusat kekuasaan dengan status berbeda karena undang-undang memang membuka celah untuk itu. Selebihnya tentu bagaimana kita memaknai peristiwa ini dari sudut moral atau etika politik.
Pola-pola mempertahankan posisi di orbit elite menggambarkan kecenderungan pengabaian sisi etika tadi. Memang tidak ada larangan, karena dimungkinkan oleh peraturan. Sama artinya ketika kita memberikan pandangan mengenai istri, atau anak seorang gubernur, bupati, atau wali kota yang mencalonkan diri, meneruskan kepemimpinan suami atau orang tuanya. Sekali lagi, semua itu merupakan ekspresi hak asasi manusia, sehingga ukurannya lebih pada aspek kepatutan yang berasal dan berakar dari hati nurani.
Pertama, mengapa dalam mengolah pasangan calon, PDIP yang merupakan partai ”penguasa” di Wonogiri tidak mempertimbangkan potensi munculnya penilaian dan sikap semacam itu? Tidak adakah konsiderans pendidikan politik yang dikedepankan, dengan mengusung kandidat yang lebih segar untuk mendampingi Sumaryoto yang notabene merupakan figur populer di daerah tersebut? Walaupun pencalonan Begug itu sah-sah saja, jika partai menutup jalan tersebut, bukankah akan lebih mengundang simpati rakyat?
Kedua, rakyat Wonogiri mengungkapkan aspirasinya dengan memilih pasangan yang lebih segar, baik dari parameter usia maupun dekonstruksi terhadap status quo petahana. Dari sudut pandang ini, kehendak akan sebuah refreshment kepemimpinan dan manajemen pemerintahan untuk menyegarkan pelayanan publik diharapkan dari figur Danar - Yuli. Sikap tersebut, secara tersirat maupun tersurat juga merupakan penolakan terhadap calon yang oleh partai politik dipaksakan untuk mempertahankan diri di orbit kekuasaan.
Semua kembali kepada rakyat. Jika demokrasi lewat pemilihan langsung itu diselenggarakan dalam aras yang tidak hanya mekanistik-prosedural melainkan substantif, maka rakyatlah yang pada momen pilkada seperti di Wonogiri itu akan ”menghukum” atau membangun harapannya sendiri. Janganlah kecerdasan rakyat untuk berdemokrasi direduksi dengan pelanggengan semangat politik uang, juga pola-pola mempertahankan kekuasaan yang tidak didasari oleh semangat membangun kultur politik yang beretika.
sekilas pandang PARANGGUPITO
Paranggupito awalnya hanya sebuah kelurahan, seiring dengan perluasan wilayah kabupaten Wonogiri atau pemekaran wilayah maka Paranggupito dijadikan sebuah Kota kecamatan kecil yang memiliki 8 DESA meliputi :
1. DESA JOHUNUT
2. DESA KETOS
3. DESA SONGBLEDEG
4. DESA PARANGGUPITO
5. DESA SAMBIHARJO
6. DESA GUDANGHARJO
7. DESA GUNTURHARJO
8. DESA GENDAYAKAN
adapun batas wilayahnya bagian barat di kelurahan songbledeg berbatasan langsung dengan kelurahan songbanyu, rongkop gunungkidul, sebelah utara desa johunut berbatasan langsung dengan kec giritontro, wilayah timur desa gendayakan dan desa gunturharjo berbatasan dengan kec donorojo, dan kalak merupakan bagian kabupaten pacitan jawa timur. sebelah selatan berbatasan langsung dengan pantai selatan dimana kecamatan ini mempunyai 3 pantai yang telah dibuka untuk kunjungan wisata, ritual labuhan, dan rencana dermaga kecil. telah memiliki akses jalan dengan jalan aspal namun memang memiliki jalan berliku dan kurang lebar sehingga harus extra hati_hati. Daerah paranggupito memiliki masyarakat yang sebagian besar petani tadah hujan, memelihara ternak, dan sebagian mengembangkan industri rumah tangga gula jawa. juga telah memiliki fasilitas pendidikan dr setingkat taman kanak kanak sampai dengan SMA serta didukung dengan kelompok perkuliahan jarak jauh. fasilitas kesehatan sudah mendukung dengan satu puskesmas kecamatan 3 puskesmas pembatu, dan bidan desa. serta menjadi kecamatan rawan kekeringan, dengan kondisi alam pegunungan batu padas dan tanah yang tidak begitu subur. namun merupakan salah satu kecamatan penghasil budi daya pertanian berupa gaplek dan kayu jati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar