blog ini sebagai media penyiaran berita, tombo kangen, kritik sosial, serta sebagai media teknologi informasi terkini.Semoga menjadi media yang bisa membawa kemajuan bagi kecamatan paranggupito khususnya dan wonogiri umumnya.
Senin, 08 November 2010
Dampak letusan Merapi, pasokan pasir terhenti
Keterangan yang diperoleh Espos, selama ini untuk pengerjaan proyek fisik, terutama proyek-proyek dari pemerintah, para kontraktor mengandalkan suplai pasir dari lokasi penambangan di lereng Merapi. Beberapa kontraktor mengakui dari sekian banyak lokasi penambangan pasir, hanya pasir dari Merapi-lah yang kualitasnya paling bisa diandalkan untuk memenuhi standar kualifikasi yang ditetapkan pemerintah.
Namun, dengan kondisi Merapi yang tengah beraktivitas, lokasi penambangan di lereng Merapi tak ada yang beroperasi. Sehingga pasokan pasir ke para kontraktor pun terhenti. Padahal, waktu pengerjaan proyek tinggal kurang dari dua bulan lagi.
“Saat ini, hampir semua proyek yang membutuhkan pasir nyaris terhenti, bahkan mungkin ada yang sudah berhenti karena tidak ada pasokan pasir dari Merapi. Ini harus dicarikan solusi. Kalau tidak, semua proyek tidak akan bisa selesai tepat waktu, sehingga terpaksa diajukan adendum atau perpanjangan waktu,” ujar Ketua Gabungan Pengusaha Konstruksi Indonesia (Gapensi) Wonogiri, Kirno Sulieh, kepada wartawan, Minggu (7/11).
Hal senada dikemukakan Ketua Asosiasi Pengusaha Konstruksi Nasional (Aspeknas) Wonogiri, Kenthut Suryatno. Menurut Kenthut, kesulitan pasokan pasir dari Merapi terjadi sejak status Merapi dinyatakan awas sekitar 2-3 pekan lalu. Sejak itu, kata Kenthut, para kontraktor hanya menyelesaikan pekerjaan dengan persediaan pasir yang tersisa.
“Bahkan truk jasa pengaduk pasir dan semen saja sekarang sudah tidak bisa dimintai tolong. Memang bisa saja kami mengambil pasir dari lokasi penambangan di Tulungagung atau Progo. Tapi menurut pengalaman kami, hasilnya tidak sebagus kalau menggunakan pasir dari Merapi. Padahal, spesifikasi bangunan itu kurang sedikit saja bisa menjadi masalah,” ujar Kenthut, kemarin.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Kenthut mengatakan dalam pekan ini akan mengajukan permohonan ke Pengadilan Negeri (PN) Wonogiri untuk menetapkan situasi ini sebagaiforce major atau suatu keadaan di luar kekuasaan manusia dan tidak dapat dihindarkan sehingga mengakibatkan suatu kegiatan tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Dengan demikian, jika para kontraktor tidak bisa menyelesaikan pekerjaan tepat waktu sesuai kontrak, tidak terkena sanksi.
“Penetapan force major ini juga akan kami gunakan sebagai dasar untuk mengajukan adendum atau perpanjangan kontrak,” jelas Kenthut.
shs
sekilas pandang PARANGGUPITO
Paranggupito awalnya hanya sebuah kelurahan, seiring dengan perluasan wilayah kabupaten Wonogiri atau pemekaran wilayah maka Paranggupito dijadikan sebuah Kota kecamatan kecil yang memiliki 8 DESA meliputi :
1. DESA JOHUNUT
2. DESA KETOS
3. DESA SONGBLEDEG
4. DESA PARANGGUPITO
5. DESA SAMBIHARJO
6. DESA GUDANGHARJO
7. DESA GUNTURHARJO
8. DESA GENDAYAKAN
adapun batas wilayahnya bagian barat di kelurahan songbledeg berbatasan langsung dengan kelurahan songbanyu, rongkop gunungkidul, sebelah utara desa johunut berbatasan langsung dengan kec giritontro, wilayah timur desa gendayakan dan desa gunturharjo berbatasan dengan kec donorojo, dan kalak merupakan bagian kabupaten pacitan jawa timur. sebelah selatan berbatasan langsung dengan pantai selatan dimana kecamatan ini mempunyai 3 pantai yang telah dibuka untuk kunjungan wisata, ritual labuhan, dan rencana dermaga kecil. telah memiliki akses jalan dengan jalan aspal namun memang memiliki jalan berliku dan kurang lebar sehingga harus extra hati_hati. Daerah paranggupito memiliki masyarakat yang sebagian besar petani tadah hujan, memelihara ternak, dan sebagian mengembangkan industri rumah tangga gula jawa. juga telah memiliki fasilitas pendidikan dr setingkat taman kanak kanak sampai dengan SMA serta didukung dengan kelompok perkuliahan jarak jauh. fasilitas kesehatan sudah mendukung dengan satu puskesmas kecamatan 3 puskesmas pembatu, dan bidan desa. serta menjadi kecamatan rawan kekeringan, dengan kondisi alam pegunungan batu padas dan tanah yang tidak begitu subur. namun merupakan salah satu kecamatan penghasil budi daya pertanian berupa gaplek dan kayu jati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar